Pages

Memacu Adrenalin di Palayangan

Mengarungi sungai dan jeram bisa dikatakan bukan suatu hal yang baru di Indonesia, bahkan dibeberapa daerah hampir setiap saat dapat kita jumpai masyarakat yang memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi dan perekonomian. Mengingat geografis Indonesia yang banyak memiliki sungai, maka tidak heran kegiatan arung jeram berkembang dengan cukup pesat. Pada awal tahun 1970-an, beberapa kelompok penggiat alam bebas mulai memperkenalkan kegiatan arung jeram atau rafting sebagai sarana olahraga. Dalam perkembangannya, kegiatan arung jeram atau rafting tidak hanya diminati oleh kelompok penggiat alam bebas, namun rafting telah berubah menjadi sarana rekreasi yang memacu adrenalin yang dapat dinikmati oleh semua kalangan.

Di Indonesia, sudah banyak sungai yang menyediakan wahana rekreasi ini dengan dukungan operator yang terlatih. Sebut saja, sungai Asahan di Sumatera Utara, sungai Ayung di Bali, lalu sungai Elo di Magelang dan Pekalen di Jawa Timur. Sedangkan untuk daerah Jakarta dan sekitarnya, ada sungai Ciberang di Banten, Cisadane di Bogor, Citarik, Cicatih dan Cikaso di Sukabumi, Cikandang dan Cimanuk di Garut, Cisangkui dan Palayangan di Bandung.

Sungai Palayangan adalah sungai buatan yang pada awalnya berfungsi sebagai sarana pengangkut air untuk menggerakkan turbin PLTA yang berada di wilayah Pangalengan. Airnya berasal dari Situ Cileunca yang merupakan danau buatan yang dibangun diatas kawasan pribadi milik seorang Belanda bernama “Kuhlan”. Pembangunan Situ Cileunca sendiri memakan waktu sekitar tujuh tahun yaitu dari tahun 1919–1926 dengan membendung aliran sungai disana. Secara administrasi, Situ Cileunca terletak di Desa Wanasari dan Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Selain sebagai sumber pembangkit listrik tenaga air,  Situ Cileunca dengan luas 180 hektare dan terletak di ketinggian 1.550 m.dpl yang dikelilingi dua perkebunan teh Malabar yang dikelola PTPN VIII, merupakan sumber cadangan air bersih dengan kapasitas 9,89 juta m3 air. Selain sebagai lokasi wisata arung jeram, kita dapat menikmati keindahan alam pengunungan dan perbukitan teh serta berperahu menyeberangi danau ke lokasi perkebunan buah arbei dan strawberry. 

Untuk mencapai Sungai Palayangan tidak sulit. Perjalanan dari Jakarta melalui tol Padalarang, keluar di gerbang tol Kopo. Dari sana pilih arah yang menuju ke Soreang, tiba di pertigaan Soreang Banjaran, pilih arah yang menuju ke Banjaran, setelah itu arahkan kendaraan anda menuju Pangalengan, kemudian pilih yang ke arah Situ Cileunca. Untuk masuk ke kawasan ini, kita akan dikenakan retribusi sebesar Rp. 5.000/orang pada hari biasa, sedangkan pada hari libur Rp. 6.000/orang. Bagi yang melakukan perjalanan menggunakan sepeda motor, tentunya jalur menuju Pangalengan ini akan memberikan pengalaman tersendiri. Selain jalurnya yang sepi dan mulus, anda akan menjumpai tikungan-tikungan tajam, bahkan beberapa diantaranya merupakan tikungan tusuk konde yang cukup memacu adrenalin. Namun tingkat kewaspadaan tetap diperhatikan, sisi kiri jalan merupakan tebing tanah sedangkan jurang berada di sisi kanan. Sesekali anda juga akan berpapasan dengan bus luar kota maupun kendaraan kecil yang mengangkut warga di sekitar Pangalengan. 

Sedikit berbeda dengan umumnya arung jeram di sungai lain, arung jeram di Palayangan start dari Situ Cileunca. Pertama-tama perahu akan dilarungkan di danau sehingga kita berkesempatan untuk berlatih mendayung maju, mundur, pindah kiri, pindah kanan dan boom. Setelah tiba di ujung dam, kita diminta turun dari perahu, selanjutnya pihak operator melakukan portaging atau memindahkan perahu dari dam ke sungai. Setelah menyeberang dan tiba di tepi sungai, kita langsung disambut suara riak sungai palayangan yang cukup deras dan hamparan warna hijau pepohonan yang tumbuh disepanjang sisi sungai. Hal yang istimewa dari sungai Palayangan adalah tingkat debit airnya yang dikontrol melalui spillway di Dam Cileunca. Pada kondisi normal, jumlah air yang dikeluarkan adalah 5 m3 perdetik, sedangkan pada saat musim panas, bukaan air dapat mencapai 7 m3 perdetik. Dengan demikian, arung jeram di sungai Palayangan ini relatif sangat aman walaupn dilakukan pada saat hujan deras.

Sungai Palayangan termasuk sungai dengan tingkat kesulitan Grade III-IV. Bentukan sungai Palayangan yang berbatu-batu dengan lebar antara 4-10 meter, termasuk relatif sempit, namun hal ini memberikan sensasi dan tantangan tersendiri bagi penikmat arung jeram. Beberapa jeramnya yang terkenal, sebut saja jeram Domba dan jeram Kecapi memiliki drop yang cukup tinggi, dan pastinya akan memberikan sensasi yang luar biasa ketika melalui jeram-jeram tersebut. Terlempar keluar dari perahu dengan sukses, terlontar dan menabrak rekan seperahu yang ada di depan anda karena terlambat melakukan boom dan perpegangan pada tali yang ada di perahu, serta kelelep air adalah sensasi yang disuguhkan oleh sungai Palayangan. Boom di sungai ini pun berbeda, tidak hanya cukup berpegangan pada tali, kita juga harus turun dan duduk manis di lantai perahu. Sayangnya rute pengarungan di sungai ini hanya sekitar 5 km dengan total waktu tempuh sekitar 1 jam, ditambah dengan derasnya air, kita jadi jarang sekali mendayung. Namun, kekurangan ini dapat terobati ketika tiba dibagian sungai yang lebih lebar dengan sedikit daratan di tengahnya. Disini kita dapat berfoto-foto dan mencoba “body rafting”, tentunya bukan body rafting sungguhan, melainkan hanya bermain air dengan menelentangkan tubuh dan merasakan diseret oleh arus yang tidak terlalu deras. Selain itu, pemandangan dan keindahan alam di sepanjang aliran sungai Palayangan, rasanya lebih dari cukup menutupi kekurangan yang ada. Jika dimungkinkan, usahakan untuk bermalam di sekitar sungai Palayangan sehingga anda dapat merasakan suasana malam di pedesaan dengan udara yang cukup dingin dan jauh dari polusi.

 

Silahkan klik di https://www.facebook.com/Jelajah.Borneo88 untuk melihat foto-foto lainnya